Mempertanyakan Bakat Musik
Ian Septian Raharjo, M.Pd
Guru Seni Budaya SMK Negeri 1 Kendal
Saya punya kawan intim, Risang Kurniawan Narawiet namanya. Saya memanggil dia Bang Risang. Dia sosok millenial enerjik dengan pesona musikalitas yang memukau. Gesekan instrumen musik biola dari kedua tangan bang Risang sangat ampuh, sanggup membius hati siapa saja yang mendengar.
Berbekal musikalitas dan keahlian memainkan alat musik biola yang mumpuni, karir musik Bang Risang tergolong cemerlang. Sebagai bukti, dia berhasil menjadi pengajar program musik Sekolah berskala Internasional Jakarta Intercultural School Dan juga sukses menjadi personel orkes yang acap ditanggap diberbagai negara, baik Asia maupun Eropa. Pencapaian terbarunya adalah menjadi pemimpin orkes pelajar yang tampil di depan Presiden di acara upacara hari kesaktian pancasila di monumen lubang buaya pada 1 Oktober 2022.
Apakah semua orang memiliki kemampuan musik seperti Bang Risang? Mengalisis pertanyaan itu saya akan bertumpu pada psikologi, dengan memakai mazhab humanistic dan kognitif multiple inteligen. Sebab, dalam konteks perkembangan psikologi dua kutub aliran tersebut tergolong up to date, argumennya juga dinilai berhasil mendekonstruksi asumsi-asumsi isme psikologi sebelumnya seperti strukturalisme, behavioristik, gestalt, dan psikoanalisis.
Psikologi humanistic memiliki sejumlah proposisi yang menjelaskan aspek psikis manusia. Pertama, setiap individu itu otentik memiliki ke khasan antar satu dengan yang lain. Hal tersebut dilatar belakangi oleh konstruksi fenomenologi yang berbeda-beda. Kedua, tiap-tiap personal mempunyai bakat bawaan, ia dapat mengaktualisasikan bakatnya itu melalui motivasi serta pemenuhan kebutuhan hidup (baca:Abraham Maslow).
Howard Gardner, pencetus multiple inteligent, menguraikan persoalan kecerdasan. Dalam karyanya ‘Multiple Inteligences’ Howard Gardner menulis, kecerdasan itu varianya beragam, antara lain, verbal, matematika, musik, visual, kinestetik, naturalis, Interpersonal, intra personal, dan etic. Kemudian, Gardner berasumsi tiap individu hanya akan kuat pada salah satu dari model kecerdasan tersebut.
Berangkat dari penjelasan psikologi humanistic dan multiple inteligent, saya menarik konklusi. Konklusinya adalah tidak semua orang dapat memiliki musikalitas apik seperti Bang Risang. Sebab, ditengok dari dua mazhab psikologi tersebut setiap individu itu memiliki potensi atau bakat yang tidak sama. Potensi yang dimiliki bisa berupa kecerdasan verbal, matematika, musik, visual, kinestetik, naturalis, Interpersonal, intra personal, atau etic.
Bagaimana cara mengembangkan potensi musik jika seorang individu memiliki bakat musik? Dua hari lalu saya telfonan dengan Bang Risang. Hampir 2 jam lebih saya bercakap cakap dengan dia lewat telfon whatsap. Kami berdua berbual panjang lebar, dari persoalan serius hingga candaan, dari soal layangan putus, politik, sosial, sampai bakat musik.
Perihal stimulasi bakat musik, Bang Risang bilang pada saya. Menurut Bang Risang untuk mengembangkan bakat musik ada sejumlah langkah yang perlu ditempuh. Pertama, perkuat motivasi, kata dia motivasi ini kunci pokok untuk mengembangkan talenta musik. Kedua, mencari komunitas musik. Disitu kita dapat menyedot banyak sekali pengetahuan musik yang dapat mendorong dalam mengembangkan bakat musik. Dan ketiga, harus tekun dan konsisten saat berlatih musik.
Langkah-langkah mengembangkan bakat musik seperti yang tertulis sudah barang tentu longgar untuk diperdebatkan. Saya yakin pembaca memiliki argumen lain tentang langkah langkah mengembangkan bakat musik sesuai dengan pengamalan masing-masing. Oleh sebab itu, mari saling berbagi tips langkah langkah mengembangkan bakat musik!
Menutup tulisan ini, Nietzsche, dalam bukunya ‘Twilight of The Idols’ menulis, tanpa musik hidup hanyalah kesia-siaan. Mengacu pada tesis filsuf eksistensialisme tersebut, maka dari itu bersyukurlah anda yang diberikan Tuhan bakat Musik, karena hidup anda tidak akan berjalan dengan sia-sia. Salam.